Profesionalisme dan Karir
Apa sebenarnya kaitan antara
profesionalisme dengan karir ? Apakah betul peningkatan karir itu sama dengan
kenaikan pangkat ?
Seorang mahasiswa yang terlihat profesional misalnya, akan mendapat tempat di suatu perusahaan lebih luas dibanding mahasiswa lainnya.
Profesionalisme itu adalah senjatanya, modalnya: karir. Karir itu penting.
Sebetulnya orang yang tidak naik-naik pangkatnya tidak bisa dikatakan tidak punya karir. Karir itu ada sebuah trend naik, karirnya bagus maka trendnya juga bagus. Tidak punya karir berarti tidak ada kecenderungan untuk naik.
Kalau begitu, seseorang harus bisa
memprediksikan apakah karirnya akan terus maju atau stagnan saja
Oleh karena itu dalam berkarir, yang pertama dinilai adalah apakah
pilihan pekerjaannya. Sudah tepatkah?Banyak orang, pada detik kita sedang berbicara ini, sebetulnya masih ragu-ragu apakah dia bekerja di tempat yang sudah tepat?
Dan pertanyaan itu kadang-kadang membuat orang bekerja tidak maksimal.
Sebab kebanyakan keluhan dari orang yang bekerja itu adalah gaji yang kecil, penghargaan dari atasan atau pemilik perusahaan rendah, suasana kerja tidak enak di mana berkembang perasaan ingin "saling berusaha membunuh" di antara karyawan.
Kemudian kita diperlakukan tidak manusiawi sampai-sampai untuk keluar pun kita takut, apakah kita nantinya dihargai atau tidak di tempat yang baru karena di tempat yang lama saja tidak dihargai.
Orang yang tinggal di perusahaan seperti itu dengan sifat seperti itu akan menjadi orang yang semakin kecil setiap tahun. Bukan membesar tetapi mengecil.
Karena dia sudah merasa kecil maka bekerjanya tidak besar. Kalau dikasih pilihan meskipun kita sama-sama gajinya kecil, sama-sama atasannya tidak baik, sama-sama lingkungannya tidak baik, tetapi kalau ada orang yang akan naik pangkat kita harus menerima.
Jadi jika kita sudah memilih bekerja di suatu tempat, dalam keadaan apapun harus tampil sebaik mungkin.
Soal apakah mau keluar itu soal nanti. Karena apabila Anda mau meninggalkan perusahaan, Anda harus berada dalam status atau kedudukan yang paling tinggi. Sehingga kualitas atau nilai kita di luar lebih dihargai
Mengenai ketidak-tepatan dalam memilih
karir, hal ini disebabkan karena apa?
Indonesia ini pola pendidikannya
sangat khas. Kalau orang sudah sekali masuk ke bidang engineering, maka
dia harus terus di bidang itu kecuali dia bersedia masuk ke tingkat satu di
bidang lain. Sehingga kuliahnya mulai lagi dari nol.
Migrasi antara bidang studi itu tidak luwes di Indonesia. Sehingga orang yang ada di tingkat dua di bidang engineering tidak bisa masuk ke tingkat dua di bidang lain manajemen.
Karena itu orang yang salah dari awalnya, yaitu sekolah SMA-nya ikut-ikutan teman dan kuliahnya juga ikut-ikutan teman demikian juga pada waktu bekerja.
Dia akan menjadi orang yang bertanya-tanya kadang-kadang sampai tua apakah dia sudah bekerja di tempat yang tepat.
Apakah waktu saya dalam hidup ini sudah saya curahkan untuk sesuatu yang tepat.
Ada Aturan Jempol. Orang-orang
di bawah usia 40 tahun, jika ada sedikit saja keraguan mengenai pekerjaannya
harus tegas. Karena setelah di atas 40 tahun, agilitas mental atau mental
agility seseorang tidak begitu kuat lagi.
Hal ini karena adanya faktor lain yang
mesti dipikirkan, misalnya: keluarga, anak-anak yang sudah harus masuk sekolah,
istri yang rambutnya harus sudah disanggul seperti tetangga.
Itu membuat seorang yang berkarir
cenderung menurut, meskipun dia tidak menyukainya. Karena pada usia itu dia
harus melindungi kepentingan yang lain.
Jadi kalau ada anak muda yang tersiksa di dalam karirnya, sebaiknya mengetahui bahwa Anda sekarang salah daripada tidak pernah tahu sampai usia pensiun.
***
Comments
Post a Comment