Berpura-pura
Pertama, dengan kita
sadari atau tidak - kita memang telah banyak berpura-pura dalam keseharian
kita. Sebagian dari kepura-puraan itu untuk menyampaikan atau menyebabkan
kebaikan bagi orang lain, sebagian untuk menutupi kekurangan diri sendiri atau
orang lain, dan sebagian lagi dilakukan untuk keuntungan yang berpura-pura.
Kedua, bila
kepura-puraan itu dilaksanakan karena niat baik untuk mendatangkan keuntungan
bagi orang lain – maka itu adalah keadaan sementara – sampai yang berpura-pura
mencapai kemampuan untuk tidak berpura-pura lagi.
Maka perhatikanlah,
bahwa mereka yang menjadi mampu untuk tulus adalah mereka yang sudah mencapai
kekuatan pribadi yang lebih besar – yang memungkinkannya untuk tidak
berpura-pura lagi.
Ketiga, bila
kepura-puraan kita mendatangkan kebaikan bagi orang lain dan bagi kita –
mengapa kita tidak melakukannya?
Bukankah menghindari
melakukan kebaikan yang ada dalam kemampuan kita untuk melakukan – adalah
sebuah keputusan yang akan menjadikan kita tidak terlibat dalam kebaikan? Dan
apakah jadinya seseorang yang teratur mengabaikan kebaikan?
Berlaku dalam
kepura-puraan agar bisa mendatangkan kebaikan bagi orang lain dan diri sendiri
- adalah tetap tindakan yang sangat terpuji – bila dibandingkan dengan
membiarkan sebuah kerugian terjadi kepada orang lain karena ke-kaku-an kita
dalam meyakini sesuatu yang akan akhirnya juga berubah.
Keempat, bila
kepura-puraan adalah bagian yang pasti ada dalam keseharian kita – mengapa kita
tidak melakukannya dengan lebih baik, dengan tujuan yang lebih baik, dan dengan
lebih powerful?
Orang-orang kecil
memiliki kepura-puraan-nya sendiri, seperti orang-orang besar juga memiliki
kepura-puraan-nya sendiri. Hanya saja – orang-orang besar sudah tidak lagi
melakukan kepura-puraan orang kecil.
Kelima, kepura-puraan
bisa mem-banyak arti; dan hanya dia yang berhati baik yang segera melihat
kebaikan dari konsep itu – dan yang bersegera menggunakan pilihan pengertian
yang baik untuk menjadikan dirinya sebagai pengundang dan bila mungkin –
menjadi penyebab kebaikan.
Keenam, ada juga
orang yang berpura-pura tidak mengerti mengenai kepura-puraan. Untuk orang
seperti ini – Anda juga harus berpura-pura agar dia merasa bahwa Anda tidak
mengetahui bahwa dia hanya berpura-pura. Bila kita orang-orang baik – kita akan
berupaya sampai ke ujung dunia untuk menyelamatkan pendapat baik orang lain
terhadap dirinya sendiri.
Ketujuh,
kepura-puraan yang tidak boleh kita dekati adalah kepura-puraan yang dilakukan
untuk menguntungkan diri sendiri dan/atau merugikan orang lain. Yang ini tidak
bisa disebut kepura-puraan, yang ini disebut kepalsuan.
Dan yang kedelapan,
apakah sebutan Anda untuk sebuah kepura-puraan yang dilakukan dengan kasih
sayang yang dalam untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain dan yang
dilakukan sebagai cara untuk menjadikan diri ini mendekati cara-cara yang
dilakukan oleh pribadi-pribadi mulia di sekitar kita?
Anjurannya kepada
kita adalah menggunakan sikap baik dalam upaya mendekati pengertian mengenai
apa pun.
Maka dahulukanlah
sikap baik, agar kita lebih terlibat dalam pikiran-pikiran yang baik, dan agar
kita lebih mudah melakukan yang baik.
Kita menjadi yang
kita lakukan.
Baca ini juga : Masa Depan
***
Comments
Post a Comment